ILMU PENYAKIT DALAM
REAKSI TRANSFUSI
DI SUSUN OLEH :
Desi Wahyuni
010.01.01.14
AKBID
BINA HUSADA
TANGERANG
TAHUN
AJARAN 2014/2015
Daftar
isi
COVER............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 3
...... 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 3
...... 1.2 Rumusan Masala ................................................................................. 3
...... 1.3 manfaat................................................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
2.1 Pengertian Reaksi Transfusi ............................................................... 4
2.2 Reaksi Akut......................................................................................... 8
2.3 Reaksi Hemolitik................................................................................. 6
2.4 Reaksi Alergi....................................................................................... 8
2.5 Reaksi Pirogen..................................................................................... 9
BAB
III PENUTUP.........................................................................................
11
........... 3.1 Kesimpulan..................................................................................... 11
DAFTAR
FUSTAKA...................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelayanan
kesehatan modern, transfusi darah merupakan salah satu hal yang penting dalam
menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat
transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan
cara lain. Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan sesuai
dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang aman dan
berkualitas. Sebelum melakukan transfusi darah perlu diketahui syarat-syarat
dalam melakukan transfusi, agar proses transfusi dapat berlangsung seperti yang
diharapkan.
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian reaksi
transfusi
2. Reaksi akut
3. Reaksi
hemolitik
4. Reaksi
alergi
5. Reaksi demam
1.3 Manfaat
1. Agar
mengetahui pengertian reaksi transfusi
2. Agar
mengetahui bagaimana reaksi akut
3. Agar
mengetahui bagaimana reaksi hemolitik
4. Agar
mengetahui bagaimana reaksi alergi
5. Agar
mengetahui bagaimana reaksi demam
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian
Reaksi Transfusi
Reaksi transfusi adalah suatu reaksi yang dapat
terjadi setelah pembertian darah, komponen-komponen darah atau berbagai cairan
secara intravena.
Transfusi
darah kadang menyebabkan reaksi transfusi. Ada jenis reaksi transfusi yang
buruk dan ada yang moderat. Reaksi transfusi bisa segera terjadi setelah
transfusi dimulai, namun ada juga reaksi yang terjadi beberapa hari atau bahkan
lebih lama setelah transfusi dilakukan.
Untuk
mencegah terjadinya reaksi yang buruk, diperlukan tindakan pencegahan sebelum
transfusi dimulai. Jenis darah diperiksa berkali-kali, dan dilakukan
cross-matched untuk memastikan bahwa jenis darah tersebut cocok dengan jenis
darah dari orang yang akan mendapatkannya.
2.2 Reaksi
Akut
Reaksi akut
adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan,
sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan
timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh
hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala
gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada
pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit,
urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi ringan
diatasi dengan pemberian antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid, dan
pemberian transfusi dengan tetesan diperlambat.
Reaksi
sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam
akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein,
trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.
Pada reaksi
yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di
sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri
kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah,
hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%),
hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh
hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan
cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
Hemolisis
intravaskular akut
Reaksi
hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel
darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang
inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50
ml) namun
sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang
inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.
Penyebab
terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat
kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke
tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan
ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu
penyebab lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen
golongan darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan,
seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.
Kelebihan cairan
Kelebihan
cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila
terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau
penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan
anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.
Reaksi anafilaksis
Risiko
meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan
salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu.
Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat.
Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini
terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps
kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif dengan
antihistamin dan adrenalin.
Cedera paru akut akibat transfusi
Cedera paru
akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang melawan
leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal
transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi
spesifik, namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.
2.3 Reaksi Hemolitik
Reaksi
hemolitikdapat disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas
plasma atau serum dan pemberian cairan nonisotonik.
Reaksi hemolitik kekebalan akut
Ini adalah jenis yang paling serius dari
reaksi transfusi, tetapi sangat jarang terjadi. Reaksi hemolitik kekebalan akut
terjadi ketika golongan darah donor dan pasien tidak cocok. Antibodi pasien
menyerang sel-sel darah merah yang ditransfusikan, menyebabkan mereka
mematahkan (hemolyze) dan melepaskan zat-zat berbahaya ke dalam aliran darah.
Pasien mungkin menggigil, demam, nyeri dada
dan punggung bawah, serta mual. Ginjal dapat rusak parah, dan dialisis mungkin
diperlukan. Reaksi hemolitik dapat mematikan jika transfusi tidak dihentikan segera
saat reaksi dimulai.
Reaksi hemolitik tertunda
Reaksi ini terjadi ketika tubuh perlahan-lahan
menyerang antigen (antigen selain ABO) pada sel-sel darah yang ditransfusikan.
Sel-sel darah mengalami pemecahan setelah beberapa hari atau minggu transfusi
dilakukan. Biasanya tidak ada gejala, tetapi sel-sel darah merah yang
ditransfusikan hancur dan dan jumlah sel darah merah pasien mengalami
penurunan. Dalam kasus yang jarang ginjal mungkin akan terpengaruh, dan
pengobatan mungkin diperlukan.
Seseorang mungkin tidak mengalami jenis reaksi
seperti ini kecuali mereka pernah mendapat transfusi di masa lalu. Orang-orang
yang mengalami jenis reaksi hemolitik tertunda ini perlu menjalani tes darah
khusus sebelum menerima transfusi darah kembali. Unit darah yang tidak memiliki
antigen yang menyerang tubuh harus digunakan.
Gejala umum pada reaksi hemolitik
a. Rasa tidak enak dan gelisah.
b. Kesukaran dalam bernapas.
c. Rasa sakit pada leher.
d. Muka menjadi merah.
e. Sesak nafas, tekanan darah
menurun.
f. Mual dan muntah-muntah .
Fase akut ini terjadi dalam satu
jam pertama.kematian dapat terjadi pada hari ke-5 sampai ke-14.
Pemeriksaan
penunjang
Kadar biliburin meningkat, iktenls, dan
hemoglubinuria.akhirnya dapat terjadi olugeria dan retensi nitrogen yang akan
menimbulkan uremia.
Penatalaksanaan
a. Hentikan transfusi,
b. Berikan diuretik untuk mencegah
terjadinya nekrosis tubular akut.
c. Manitol 10% TO-15 menit diberikan
sebanyak 1.000 ml.
d. Jika terdapat anuria, kemungkinan
besar terjadi gagal ginjal.pengobatan dilakukan terhadap gagal ginjal akut.
Penting diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Lakukan pemeruksaan ulang darah
donor.
Transmisi Penyakit
Infeksi
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui
transfusi antara lain ;
a. Hepatitis
b. Malaria
c. Sifilis
2.4 Reaksi
Alergi
Alergi merupakan reaksi yang paling sering terjadi setelah transfusi
darah. Hal ini terjadi karena reaksi tubuh terhadap protein plasma dalam darah
donor. Biasanya gejala hanya gatal-gatal, yang dapat diobati dengan
antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl).
Gejala yang timbul :
a. urtikaria
( gatal gatal ).
b. edema
c .pusing
kepala
d. sesak
nafas atau mengi
Tindakan
atau penatalaksanaan
a. transfusi segera dihentikan.
b. berikan epinefrin 1;1.000 sebanyak
0,5-1 ml subcutan (bila perlu berikan 0,5-0,2 ml iv setelah diencerkan dulu).
c. berikan antihistamin, misalnya
difenhidramin 50 mg im
d. preparat kortikosteroid parenteral
Transmisi
penyakit infeksi
Penyakit-penyakit
yang dapat ditularkan melaluitransfusi antara lain
a. Hepatitis
b. Malaria
c. Sifilis
2.5
Reaksi pirogen
Orang yang
menerima darah mengalami demam mendadak selama atau dalam waktu 24 jam sejak
transfusi.sakit kepala ,mual, menggigil, atau perasaan umum ketidaknyamanan
mungkin bersamaan dengan demam. Acetaminophen (Tylenol) dapat meredakan
gejala-gejala ini.
Reaksi-reaksi
tersebut terjadi sebagai respon tubuh terhadap sel-sel darah putih dalam darah
yang disumbangkan. Hal ini lebih sering terjadi pada orang yang pernah mendapat
transfusi sebelumnya dan pada wanita yang pernah beberapa kali mengalami
kehamilan. Jenis-jenis reaksi juga dapat menyebabkan demam, dan pengujian lebih
lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa reaksi ini hanya demam.
Pasien yang
mengalami reaksi demam atau yang beresiko terhadap reaksi tranfusi lainnya
biasanya diberikan produk darah yang leukositnya telah dikurangi. Artinya,
sel-sel darah putih telah hilang setelah melalui filter atau cara lainnya.
Gejala-gejala
yang mungkin terjadi
a.mengigil atau kedinginan
b.sakit kepala
c.mual dan
d.tidak nyaman
penatalaksanaan
atau pengobatan
a.pasien harus diselimuti
b.berikan air minum hangat
c.berikan produk darah yang yang leukositnya telah
dikurangi.
Transmisi
penyakit infeksi
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui
transfuse antara lain:
a.
Hepatitis
b.
Malaria
c.
Sifilis
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Reaksi transfuse merupakan Semua kejadian yang tidak
menguntungkan penderita , yang timbul selama atau setelah transfusi , dan
memang berhubungan dengan transfuse tersebut. Reaksi sedang-berat biasanya
disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi
non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi
pirogen dan/atau bakteri.
Daftar pustaka
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1.
Media Aesculaplus : Fakutas Kedoteran UI.