Senin, 01 Juni 2015

REAKSI TRANFUSI



ILMU PENYAKIT DALAM
REAKSI TRANSFUSI





DI SUSUN OLEH :
Desi Wahyuni
010.01.01.14


AKBID BINA HUSADA
TANGERANG
TAHUN AJARAN 2014/2015


Daftar isi
COVER............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB  1 PENDAHULUAN............................................................................. 3
...... 1.1 Latar Belakang   ................................................................................. 3
...... 1.2 Rumusan Masala ................................................................................. 3
...... 1.3 manfaat................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN  .............................................................................. 4
            2.1 Pengertian Reaksi Transfusi ............................................................... 4
            2.2 Reaksi Akut......................................................................................... 8
            2.3 Reaksi Hemolitik................................................................................. 6
            2.4 Reaksi Alergi....................................................................................... 8
            2.5 Reaksi Pirogen..................................................................................... 9
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
........... 3.1 Kesimpulan..................................................................................... 11
DAFTAR FUSTAKA...................................................................................... 12


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam pelayanan kesehatan modern, transfusi darah merupakan salah satu hal yang penting dalam menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan sesuai dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang aman dan berkualitas. Sebelum melakukan transfusi darah perlu diketahui syarat-syarat dalam melakukan transfusi, agar proses transfusi dapat berlangsung seperti yang diharapkan.

1.2 Rumusan masalah
1.      Pengertian reaksi transfusi
2.      Reaksi akut
3.      Reaksi hemolitik
4.      Reaksi alergi
5.      Reaksi demam

1.3 Manfaat
1.      Agar mengetahui pengertian reaksi transfusi
2.      Agar mengetahui bagaimana reaksi akut
3.      Agar mengetahui bagaimana reaksi hemolitik
4.      Agar mengetahui bagaimana reaksi alergi
5.      Agar mengetahui bagaimana reaksi demam



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian Reaksi Transfusi
            Reaksi transfusi adalah suatu reaksi yang dapat terjadi setelah pembertian darah, komponen-komponen darah atau berbagai cairan secara intravena.
Transfusi darah kadang menyebabkan reaksi transfusi. Ada jenis reaksi transfusi yang buruk dan ada yang moderat. Reaksi transfusi bisa segera terjadi setelah transfusi dimulai, namun ada juga reaksi yang terjadi beberapa hari atau bahkan lebih lama setelah transfusi dilakukan.
Untuk mencegah terjadinya reaksi yang buruk, diperlukan tindakan pencegahan sebelum transfusi dimulai. Jenis darah diperiksa berkali-kali, dan dilakukan cross-matched untuk memastikan bahwa jenis darah tersebut cocok dengan jenis darah dari orang yang akan mendapatkannya.

2.2 Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit,  urtikaria,  demam,  takikardia,  kaku otot. Reaksi ringan diatasi dengan pemberian antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid, dan pemberian transfusi dengan tetesan diperlambat.
Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.

Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di  sekitar tempat masuknya  infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.

 Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50  
ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen golongan darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.

Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.

Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif dengan antihistamin dan adrenalin.

Cedera paru akut akibat transfusi
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.

2.3 Reaksi Hemolitik
Reaksi hemolitikdapat disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas plasma atau serum dan pemberian cairan nonisotonik.

Reaksi hemolitik kekebalan akut
Ini adalah jenis yang paling serius dari reaksi transfusi, tetapi sangat jarang terjadi. Reaksi hemolitik kekebalan akut terjadi ketika golongan darah donor dan pasien tidak cocok. Antibodi pasien menyerang sel-sel darah merah yang ditransfusikan, menyebabkan mereka mematahkan (hemolyze) dan melepaskan zat-zat berbahaya ke dalam aliran darah.
Pasien mungkin menggigil, demam, nyeri dada dan punggung bawah, serta mual. Ginjal dapat rusak parah, dan dialisis mungkin diperlukan. Reaksi hemolitik dapat mematikan jika transfusi tidak dihentikan segera saat reaksi dimulai.

Reaksi hemolitik tertunda
Reaksi ini terjadi ketika tubuh perlahan-lahan menyerang antigen (antigen selain ABO) pada sel-sel darah yang ditransfusikan. Sel-sel darah mengalami pemecahan setelah beberapa hari atau minggu transfusi dilakukan. Biasanya tidak ada gejala, tetapi sel-sel darah merah yang ditransfusikan hancur dan dan jumlah sel darah merah pasien mengalami penurunan. Dalam kasus yang jarang ginjal mungkin akan terpengaruh, dan pengobatan mungkin diperlukan.
Seseorang mungkin tidak mengalami jenis reaksi seperti ini kecuali mereka pernah mendapat transfusi di masa lalu. Orang-orang yang mengalami jenis reaksi hemolitik tertunda ini perlu menjalani tes darah khusus sebelum menerima transfusi darah kembali. Unit darah yang tidak memiliki antigen yang menyerang tubuh harus digunakan.

Gejala umum pada reaksi hemolitik
a.       Rasa tidak enak dan gelisah.
b.      Kesukaran dalam bernapas.
c.       Rasa sakit pada leher.
d.      Muka menjadi merah.
e.       Sesak nafas, tekanan darah menurun.
f.       Mual dan muntah-muntah .
Fase akut ini terjadi dalam satu jam pertama.kematian dapat terjadi pada hari ke-5 sampai ke-14.

Pemeriksaan penunjang
Kadar biliburin meningkat, iktenls, dan hemoglubinuria.akhirnya dapat terjadi olugeria dan retensi nitrogen yang akan menimbulkan uremia.

Penatalaksanaan
a.       Hentikan transfusi,
b.      Berikan diuretik untuk mencegah terjadinya nekrosis tubular akut.
c.       Manitol 10% TO-15 menit diberikan sebanyak 1.000 ml.
d.      Jika terdapat anuria, kemungkinan besar terjadi gagal ginjal.pengobatan dilakukan terhadap gagal ginjal akut. Penting diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e.       Lakukan pemeruksaan ulang darah donor.




Transmisi Penyakit Infeksi
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui transfusi antara lain ;
a.       Hepatitis
b.      Malaria
c.       Sifilis


2.4 Reaksi Alergi
Alergi merupakan reaksi yang paling sering terjadi setelah transfusi darah. Hal ini terjadi karena reaksi tubuh terhadap protein plasma dalam darah donor. Biasanya gejala hanya gatal-gatal, yang dapat diobati dengan antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl).

  Gejala yang timbul :
a. urtikaria ( gatal gatal ).
b. edema
c .pusing kepala
d. sesak nafas atau mengi

  Tindakan atau penatalaksanaan 
      a. transfusi segera dihentikan.
      b. berikan epinefrin 1;1.000 sebanyak 0,5-1 ml subcutan (bila perlu berikan 0,5-0,2 ml iv    setelah diencerkan dulu).
      c. berikan antihistamin, misalnya difenhidramin 50 mg im
      d. preparat kortikosteroid parenteral

     


Transmisi penyakit infeksi
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melaluitransfusi antara lain
a.       Hepatitis
b.      Malaria
c.       Sifilis



2.5  Reaksi pirogen
Orang yang menerima darah mengalami demam mendadak selama atau dalam waktu 24 jam sejak transfusi.sakit kepala ,mual, menggigil, atau perasaan umum ketidaknyamanan mungkin bersamaan dengan demam. Acetaminophen (Tylenol) dapat meredakan gejala-gejala ini.
Reaksi-reaksi tersebut terjadi sebagai respon tubuh terhadap sel-sel darah putih dalam darah yang disumbangkan. Hal ini lebih sering terjadi pada orang yang pernah mendapat transfusi sebelumnya dan pada wanita yang pernah beberapa kali mengalami kehamilan. Jenis-jenis reaksi juga dapat menyebabkan demam, dan pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa reaksi ini hanya demam.
Pasien yang mengalami reaksi demam atau yang beresiko terhadap reaksi tranfusi lainnya biasanya diberikan produk darah yang leukositnya telah dikurangi. Artinya, sel-sel darah putih telah hilang setelah melalui filter atau cara lainnya.

Gejala-gejala yang mungkin terjadi
a.mengigil atau kedinginan
b.sakit kepala
c.mual dan
d.tidak nyaman

penatalaksanaan atau pengobatan
a.pasien harus diselimuti
b.berikan air minum hangat
c.berikan produk darah yang yang leukositnya telah dikurangi.

Transmisi penyakit infeksi
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui transfuse antara lain:
a.       Hepatitis
b.      Malaria
c.       Sifilis



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reaksi transfuse merupakan Semua kejadian yang tidak menguntungkan penderita , yang timbul selama atau setelah transfusi , dan memang berhubungan dengan transfuse tersebut. Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.


Daftar pustaka

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media Aesculaplus  : Fakutas Kedoteran UI.

POLA HIDUP SEHAT

haiii
saya Desi wahyuni saya mahasiswi akbid bina husada tangerang.
disini saya akan berbagi sedikit ilmu buat teman-teman semua tentang pentingnya menjaga kesehatan kita dengan POLA HIDUP SEHAT.

Dengan kita menjalankan pola hidup yang sehat pasti kita memiliki kesehatan yang cukup. karena dengan kita mempuyai kesehatan yang cukup hati dan pikiranpun akan menjadi ikut sehat. karena kesehatan itu sagatlah penting bagi hidup kita.

Kriteria Pola Hidup Sehat:
 1..nilai gizi yang kita makan
 makanan yang kita konsumsi haruslah memenuhi semua yang dibutuhkan oleh tubuh, dan pola   makanan 4 sehat 5 sempurna.

2. istirahat yang cukup dan berkualitas
istirahat yang baik adalah tidur, dengan tidur yang cukup dan berkualitas pastilah akan membuat tubuh kita semakin bugar dengan tidur kurang lebih 8 jam.

3.olahraga
lakukan olahraga secara rutin yang sesuai dengan kondisi tubuh,usia dan riwayat penyakit yang anda derita. beda usia beda pula cara olahraganya yang sesuai untuk dijalani.

4.lingkungan
lingkungan yang sehat adalah lingkunga yang bersih.lingkungan yang sehat memiliki beberapa kriteria seperti sirkulasi udara yang bersih, sejuk, dan tidak terlalu bising.

Secara garis besar itulah pokok-pokok terpenting untuk menjalankan hidup yang sehat dan semoga ARTIKEL KESEHATAN ini akan bermanfaat bagi teman-teman semua.